Tuesday, October 28, 2008

iran-indonesia

Hubungan Indonesia - Iran :
Sebuah Kehangatan Persaudaraan



Pidato Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, pada 2006 lalu di Jakarta, sebenarnya ingin menegaskan kembali hubungan persaudaaan Indonesia-Iran yang telah terjalin sejak berabad lamanya. Sejarah mencatat hubungan kedua negara ini sudah berlangsung sejak kejayaan pemerintahan Kerajaan Sriwijaya masih bergema di kawasan Asia Tenggara di abad ke-7 Masehi atau abad pertama Hijriah.
Jauh setelah berabad itu, Pada 22-27 Juli 2006, hubungan antara Indonesia dan Iran kembali dijelmakan dalam perayaan Festival Indonesia di Teheran, Iran. Pemerintah Indonesia mengutus delegasi yang terdiri dari pemerintah, DPR, sanggar tari dari Sumatera, perancang busana, ahli kuliner, serta asosiasi pariwisata selain wakil dari media cetak dan elektornik. Ini tentu bertujuan untuk meningkatkan hubungan dan kerjasama bilateral di bidang kebudayaan dan pariwisata antara kedua pemerintahan. Selain itu, persahabatan antara kedua negara, publikasi dan promosi Indonesia di Iran, serta peningkatan volume perdagangan kian memantapkan hubungan kedua negara ini di sektor pariwisata.
Kontak bisnis antara pelaku usaha pariwisata Indonesia dengan Iran juga dapat memberikan kesejahteraan pada masyarakat luas, selain dikenalnya kebudayaan bangsa Indonesia yang luhung sejak dahulu kala hingga kini di mata masyarakat Iran khususnya, dan dunia umumnya.
Secara de-facto, tahun 2008 ini merupakan tahun ke-56 hubungan Iran-Indonesia. Pada 1952 Iran memulai hubungan dengan Indonesia setingkat menteri kuasa. Pada 1961 Iran meningkatkan hubungannya menjadi setingkat duta besar. Setelah kemenangan Revolusi Islam Iran 1979 dan kunjungan Presiden Soeharto ke Iran pada 1993 serta kunjungan Presiden Iran Hashemi Rafsanjani ke Indonesia pada 1994, hubungan kedua negara muslim ini makin meningkat. Berbagai perjanjian kerja sama ditandatangani oleh kedua negara. Pembentukan komisi bersama antara Iran dan Indonesia pada tahun yang sama, di samping dukungan politik pada berbagai organisasi internasional, mempersiapkan kondisi yang baik bagi pengembangan kerja sama ekonomi.

Membangkitkan sektor ekonomi
Namun krisis ekonomi tahun 1997 di Indonesia membuat kesulitan pada terlaksananya berbagai kesepakatan yang terjadi di antara kedua negara. Di sisi lain, Hubungan ekspor-impor Indonesia dan Iran memang meningkat seusai krisis ekonomi Indonesia. Dengan meningkatnya ekspor Indonesia ke Iran ditengarai bahwa jumlah impor Indonesia dari Iran menurun. Minyak mentah adalah komoditi paling utama yang tereliminasi. Mahmoud Radboy, Atase Ekonomi Kedutaan Besar Iran, di Jakarta menyebutkan, minyak mentah kiriman Iran terakhir masuk ke Indonesia pada tahun 2001. Pada 1997, Indonesia mengimpor US$ 412.4 juta minyak mentah Iran. Pada April sampai Desember 2007 terjadi peningkatan ekspor Iran ke Indonesia.
Indonesia sebagai negara muslim yang berpenduduk paling banyak di dunia, dengan produksi barbagai komoditi yang bertujuan ekspor, menjadi salah satu negara besar eksportir di antara negara Islam yang dibidik oleh negara Iran. Menurut Mahmoud Radboy, Indonesia dengan kekayaan alam dan penduduknya juga merupakan salah satu negara muslim paling berpengaruh dan memiliki potensi untuk meningkatkan posisi di kawasan dan dunia khususnya di antara negara Islam.
Salah satu nilai tambah ekonomi Iran dan Indonesia adalah komoditi-komoditi ekspor kedua negara tak bersaing di pasaran internasional. Maka kedua negara dapat bekerja sama pada pasar lokal dan internasional. Dengan penegasan kembali pada dukungan hubungan politik, Iran dapat memainkan peran sebagai pintu masuk bagi barang-barang Indonesia ke kawasan Timur Tengah dan Asia Tengah.
Keberhasilan penting Indonesia pada beberapa tahun belakangan ini, khususnya kestabilan ekonomi dari satu sisi, dan peningkatan keinginan Iran untuk mengembangkan hubungannya dan membuat lompatan besar pada hubungan Iran dengan negara-negara Islam, khususnya Indonesia, yang makin hari makin meningkat, membuat kunjungan Presiden Mahmoud Ahmadinejad ke Indonesia pada 2006 menjadi titik awal era baru hubungan Iran-Indonesia. Hasil kunjungan tersebut menyiapkan lahan bagi peningkatan hubungan kedua negara dan juga memerlihatkan beragam peluang kerja sama, khususnya bidang ekonomi.
Berdasarkan itulah, terlihat bahwa dengan menyiapkan fasilitas transportasi udara dan memudahkannya perjalanan pengusaha dan warga kedua negara untuk peningkatan aktivitas pelayaran Iran (IRISL), dan juga pembentukan Kamar Dagang, Industri dan Tambang Iran dan Kamar Dagang Indonesia (KADIN) untuk mencari peluang perdagangan serta penukaran delegasi perdagangan, hubungan ekonomi Iran-Indonesia dinilai akan mengalami lompatan besar.
Begitu juga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa kali menyatakan puas atas kunjungannya ke Iran. Muhibahnya yang merupakan kunjungan balasan, secara umum bertujuan untuk meningkatkan kerjasama dan kemitraan antara Indonesia dan Iran. Kunjungan Presiden, secara khusus tentu menindaklanjuti sejumlah kesepakatan yang telah dilakukan antara Indonesia dan Iran saat Presiden Ahmadinejad berkunjung ke Indonesia tahun 2006 lalu. Presiden SBY menegaskan, hubungan bilateral Indonesia dan Iran berlangsung baik, solid dan terus berkembang, kecenderungannya makin membuka peluang untuk melakukan kerjasama di banyak bidang, bukan hanya bidang ekonomi, tetapi juga bidang-bidang yang lain.
Kini menurut hemat penulis, kerjasama ekonomi Indonesia dan Iran kecenderungannya kian meningkat. Tahun 2007 lalu total perdagangan mencapai 409 juta Dolar AS, atau naik sekitar 22 persen disbanding tahun sebelumnya. Demikian juga kerjasama yang lain, bidang kesehatan, kepariwisataan serta yang menjadi target kunjungan Presiden SBY ke Iran waktu silam, merupakan kerjasama di bidang energi. Sebab persoalan energi adalah persoalan yang fundamental bagi banyak negara, termasuk Indonesia. Meskipun Indonesia memproduksi minyak dan gas, tetapi kebutuhan energi baik listrik maupun BBM terus meningkat dengan tajam dari tahun ke tahun. Ini akibat jumlah penduduk serta kebutuhan yang juga terus meningkat.
Pemerintah Indonesia tentu saja mengeluarkan beberapa kebijakan nasional mengenai energi, antara lain ingin meningkatkan kapasitas produksi dalam negerinya. Ini dibuktikan dalam upaya meningkatkan kapasitas kilang minyak di dalam negeri. Barangkali itulah sebabnya Presiden Indonesia ingin membangun kerjasama dengan negara Iran, dalam kerangka peningkatan kapasitas produksi, baik minyak, gas maupun BBM. Kerjasama Indonesia dengan Iran menyangkut energi ini ada beberapa hal. Pertama, sebagaimana telah ditandatangani bersama oleh Dirut Pertamina dengan mitranya dari Iran dan perusahaan minyak dari Malaysia, Indonesia sepakat untuk membangun kilang minyak di Provinsi Banten, dengan kapasitas 300 ribu barel/hari. Komposisi sahamnya adalah 40 persen dari Indonesia, 40 persen dari Iran dan sisanya 20 persen dari Malaysia. Kedua, harapan masyarakat Indonesia dengan dibangunnya kilang minyak di Indonesia, adalah tecapainya suplay BBM yang lebih baik karena diproduksi di dalam negeri, dan diharapkan pula harganya akan lebih murah dibanding kalau import langsung dari luar negeri. Ketiga, tak kalah pentingnya adalah Kerjasama Pertamina saat mengikuti tender untuk melakukan eksplorasi dan produksi lapangan minyak di Iran.

Terjalin erat
Hubungan Indonesia dan Iran tetap terjalin hangat. ini terlihat dari harapan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad agar hubungan yang baik ini tetap terjalin sepanjang masa dan tidak ada kekuatan apapun yang bisa merenggangkan hubungan ini. Presiden Iran sendiri pernah mengatakan dalam sebuah kesempatan, “Hubungan batin saya dengan bangsa Indonesia dari semua kalangan, kalangan intelektual pemerintah dan lain-lainnya sangat kuat, bahkan saya merasa menjadi bagian dari bangsa Indonesia ini. Saya yakin bahwa hubungan saya dengan bangsa Indonesia, hubungan saya khusus dengan Presiden RI, sangat istimewa dan saya yakin bahwa hubungan yang istimewa ini akan tetap berlanjut”.
Bahkan Presiden SBY pernah berkirim surat untuk Presiden Ahmadinejad yang antara lain berisi soal memperbaharui kedekatan atau kehangatan hubungan Indonesia-Iran. Diharapkan dari kunjungan timbal balik itu terjadi kesepakatan-kesepakatan bilateral di bidang oil and gas, kebudayaan, small and medium enterprise, custom, yang selama ini masih belum optimal diharapkan dapat berjalan secara optimal. Masyarakat Indonesia juga mendukung sikap Presiden Ahmadinejad, khususnya dalam memerhatikan posisi Indonesia, baik di PBB maupun di luar PBB, di mana Indonesia tidak pernah absen di dalam mendukung posisi Iran untuk menggunakan hak Iran dalam pengembangan nuklir untuk kepentingan perdamaian bukan untuk kepentingan lain.
Begitu juga Ahmadinejad merasa gembira kepada Presiden Indonesia atas sikapnya yang terakhir di PBB menunjukkan independensi yang tinggi dan satu-satunya negara yang tidak menyetujui statement press yang diusulkan oleh Perancis, di mana Indonesia memblok statement press tersebut sehingga tidak jadi dikeluarkan. Ini telihat ketika Presiden Ahmadinejad dalam kunjungannya ke Indonesia beberapa waktu lalu sangat mengesankan. Bangsa dan pemerintah Indonesia betul-betul bersikap sangat hangat dengan Iran dan hal ini harus tetap berlanjut.
Sesungguhnya posisi Indonesia jelas tidak akan mungkin mengkhianati teman sesama muslim. Posisi Indonesia dalam resolusi Dewan Keamanan PBB No.1747 itu jelas, mengharap Iran dapat menempuh jalan perundingan dan dialog. Indonesia sama sekali tidak ingin melihat ada solusi, selain solusi dialog dan perundingan. Karena apabila ada solusi lain, apalagi menyangkut intervensi militer, maka hal itu bukan saja mengganggu Iran tapi juga mengganggu perdamaian dunia. Dan semestinya hak Iran untuk mengembangkan teknologi nuklir untuk kepentingan perdamaian juga harus didukung oleh Indonesia dan oleh negara negara secara keseluruhan.
Kini hubungan Bilateral antara Indonesia dan Iran tidak terpengaruh oleh resolusi sanksi terhadap Iran yang baru disahkan oleh Dewan Kemananan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB). Penulis meyakini, hubungan bilateral Indonesia tetap berjalan dengan Iran. Ini adalah esensi politik bebas aktif kita dan dijalankan kebijakan sesuai dengan pendirian kita sendiri. Untuk menegaskan penguatan hubungan bilateral antara Indonesia dan Iran, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa kali berkunjung ke negara itu.

Kesaksian sejarah
Sejak abad pertama Hijriah, Iran dikenal sebagai negeri bernama Persia, atau Posse dalam catatan berbahasa Tionghoa yang mengisahkan perjalanan pendeta Buddha, I-Tsing tahun 671 Masehi, pada zaman perdagangan di Selat Malaka di bawah kekuasaan Sriwijaya. Kekuasaan Persia dan Sriwijaya terhubung dalam untaian kerjasama perdagangan dengan memajukan pelayaran di kawasan Indonesia saat ini dengan adanya hadiah dan surat dari kerajaan Sriwijaya yang dikirimkan ke Persia sebagai tanda persahabatan.
Kehadiran para pedagang Persia di Selat Malaka telah memberikan warna sejarah tersendiri pada masyarakat Indonesia, khususnya di Sumatera, Jawa, bahkan Maluku. Bukti arkeologis dari hubungan ini ialah adanya artefak berupa gelas, vas, botol, dan jambangan di Situs Barus, pantai barat Sumatera Utara, dan situs-situs Muara Jambi, Muara Sabak, dan Lambur, pantai timur Jambi, selain bentuk batu nisan khas Persia. Hubungan politis pun dilakukan dengan adanya islamisasi pada abad ke-13 Masehi dengan adanya Kerajaan Samudera Pasai yang menjadi kerajaan Islam pertama di Nusantara, bahkan di Asia Tenggara. Raja Pasai saat itu pernah didampingi dua orang Persia terkenal, yaitu Qadi Sharif Amir Sayyid dari Shiraj dan Taj Ad-Din dari Isfahan.
Bukti lain dari pengaruh Persia di Indonesia ialah adanya peninggalan-peninggalan aliran Islam Syiah seperti perayaan Tabot di Aceh, Bengkulu, dan Pariaman untuk mengenang Imam Hasan dan Husain. Selain itu, perayaan Asyura atau Suro untuk bulan Muharram saat wafat Imam Husain. Di Jawa dikenal juga dengan perayaan Kasan dan Kusen, atau bulan Asan Usen di Aceh. Di Makassar, perayaan Asyura ditandai dengan suka cita dan pembuatan bubur tujuh warna. Hari Arbain di Jawa Barat pun masih dilakukan dan diikuti ratusan umat Islam Syiah Indonesia dan Internasional. Debus yang dipraktikkan di daerah Banten, Aceh, Kedah, Perak, Cirebon, dan Maluku, merupakan pengaruh dari budaya Persia saat itu. Sebuah kesaksian sejarah yang menjadi bukti kehangatan persaudaraan antara Indpnesia-Iran hingga kini.

wilujeng sumping

selamat datang..
wilujeng sumping..
ahlan wa sahlan..
khos amadid..