Tuesday, September 21, 2010

Khutbah Jumat, 12 Juni 2009 KBRI Tehran

''Dan, hanya sedikit di antara hamba-hamba-Ku yang mau bersyukur.'' (QS Saba' [34]: 13).

Alhamdulillah pada kesempatan yang berbahagia, marilah kita bersyukur dengan memuji atas nikmat yang Allah berikan berupa nikmat iman, islam, ilmu dan nikmat-nikmat yang lain yang tidak akan dapat kita hitung. Solawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, pengikut serta pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman. Izinkanlah saya untuk berwasiat baik bagi diri saya sendiri maupun bagi hadirin sekalian, untuk selalu dapat meningkatan keimanan dan ketakwaan diri kita kepada Allah swt. Karena hanya dengan bekal iman dan takwa sajalah kita akan selamat baik dunia maupun Akhirat.

Dengan wajah sedih, seorang laki-laki datang kepada seorang ulama. Dia mengeluhkan kefakiran dan berbagai kemalangan hidup yang dialaminya. Ulama tersebut berkata, ''Apa kamu mau penglihatanmu diambil dan diganti dengan seribu dinar?'' Orang itu berkata, ''Tidak.''

Sang ulama bertanya lagi, ''Apa kamu senang menjadi orang bisu dan diberi seribu dinar?'' Orang tersebut menjawab, ''Tidak.'' Sang ulama yang dikenal saleh itu kembali bertanya, ''Apa kamu mau dua tangan dan dua kakimu buntung, lalu kamu mendapatkan dua puluh ribu dinar?'' Orang tersebut lagi-lagi menjawab, ''Tidak.''

''Apa kamu mau jadi orang gila dan dikasih sepuluh ribu dinar?'' tanya sang ulama lagi. Dan, sekali lagi orang tersebut mengatakan, ''Tidak.'' Maka, sang ulama bijak itu pun berkata, ''Terus, apa kamu ini tidak malu kepada Tuhanmu yang telah memberimu harta senilai puluhan ribu dinar?'' Kisah ini berbicara, betapa banyak orang salah persepsi, dikiranya nikmat hanya sebatas harta dan materi semata. Mereka tidak menyadari bahwa nikmat Allah meliputi segala hal: keimanan, kesehatan, keluarga, tempat tinggal, kepandaian, teman yang baik, pemimpin yang adil, tumbuh-tumbuhan, makanan, dan sebagainya. Itu semua adalah nikmat yang harus disyukuri, baik kita memintanya maupun tidak.

Untuk menjadi orang bersyukur, setidaknya ada tiga syarat yang harus dipenuhi. Pertama, mengetahui apa itu nikmat dan meyakini sepenuhnya bahwa nikmat tersebut adalah pemberian Allah. Kedua, bahagia dan gembira dengan nikmat yang Allah berikan kepada kita. Dan, ketiga, melakukan hal-hal yang disukai oleh Pemberi Nikmat, baik melalui lisan dengan ucapan ''Alhamdulillah'' maupun melalui perbuatan-perbuatan yang disukai-Nya.

Hadirin Jamaah Jum’ah Rahimakumullah

Seakan-akan sudah menjadi tradisi, orang berpesta pora hingga lupa kepada Allah SWT ketika memperoleh hal yang menggembirakan. Pelajar dan mahasiswa tak bersyukur setelah lulus ujian, atlet lupa ketika telah menggondol gelar juara, pengusaha alpa saat kontrak bisnis sudah diteken, dan sebagainya.

Bahkan, sebagian pelajar yang lulus ujian merayakannya dengan melakukan aksi vandalistis, mencorat-coret baju seragam, dan berkonvoi di jalan-jalan yang mengganggu kelancaran lalu lintas. Apakah demikian cara yang diajarkan Rasulullah SAW ketika diberi anugerah yang menggembirakan?

Sebagai teladan yang paling ideal, Rasulullah SAW mengajarkan cara mengekspresikan kegembiraan, yaitu sujud syukur. Sujud syukur merupakan pengakuan tulus atas anugerah Allah SWT sebagai pemberi nikmat. Teladan inilah yang semestinya kita contoh. Dari Abi Bakrah, ia berkata, ''Adalah Rasulullah SAW apabila memperoleh atau diberitahu tentang sesuatu yang menggembirakan, beliau menyungkur bersujud sebagai rasa syukur kepada Allah (sujud syukur).'' (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Sidang Jumat yang Berbahagia

Syaikh Muhammad bin Shalih bin Utsaimin mengatakan, setidaknya terdapat dua kategori kenikmatan yang diperoleh manusia. Pertama, kenikmatan yang sifatnya kontinu (mustamir), terus menerus, dan memang biasanya didapatkan, seperti nikmat melihat, mendengar, dan bernapas. Kedua, kenikmatan yang sifatnya insidental, diperoleh secara tiba-tiba, dan baru (tajaddud). Dia mencontohkan, nyawa seseorang terselamatkan padahal berada di dalam mobil yang tertabrak dan sebagainya.

Jika memperoleh kenikmatan jenis kedua ini, segeralah menyungkur melakukan sujud syukur. Bentuk bersyukur atas semua jenis kenikmatan tentu lebih luas, yaitu beribadah kepada Allah SWT dengan baik, menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.

اعوذ بالله من الشّيطان الرّجيم

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللهُ بِبَدْرٍ وَ أَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

123. and Allâh has already made You victorious at Badr, when You were a weak little force. so fear Allâh much [abstain from All kinds of sins and evil deeds which He has forbidden and love Allâh much, perform All kinds of good deeds which He has ordained] that You may be grateful.

''Karena itu, bertakwalah kepada Allah supaya kamu mensyukuri-Nya.'' (QS Ali Imran [3]: 123). Maka, kenikmatan apa pun jenisnya harus disyukuri agar kenikmatan tersebut ditambah oleh Allah SWT. Seperti dalam firmanNya:

اعوذ بالله من الشّيطان الرّجيم

وَ إِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزيدَنَّكُمْ وَ لَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذابي‏ لَشَديدٌ

7. and (remember) when Your Lord proclaimed: "If You give thanks (by accepting faith and worshipping none but Allâh), I will give You more (of My Blessings), but if You are thankless (i.e. disbelievers), Verily! My punishment is indeed severe."

''Sesungguhnya, jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'' (QS Ibrahim [14]: 7).

Renungkanlah, siapa yang akan rugi jika kita tidak pandai bersyukur atas nikmat-Nya. Siapa pula yang akan beruntung andai kita pandai bersyukur. Ternyata, konsekuensinya akan kembali kepada diri kita sendiri.

اعوذ بالله من الشّيطان الرّجيم

قالَ الَّذي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتابِ أَنَا آتيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قالَ هذا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَني‏ أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَ مَنْ شَكَرَ فَإِنَّما يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَ مَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَريمٌ

40. one with whom was knowledge of the Scripture said: "I will bring it to You within the twinkling of an eye!" Then when [Sulaimân (Solomon)] saw it placed before him, He said: "This is by the Grace of My Lord to test Me whether I am grateful or ungrateful! and whoever is grateful, Truly, his gratitude is for (the good of) his ownself, and whoever is ungrateful, (He is ungrateful Only for the loss of his ownself). certainly! My Lord is rich (Free of All wants), Bountiful."

''Dan, barang siapa yang bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan, barang siapa yang ingkar, sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.'' (QS Annaml [27]: 40).

Jamaah Jumah Rahimakumullah

Satu lagi cara kita bersukur yaitu dengan mengerjakan ibadah dan menambah ibadah-ibadah sunah, seperti salat dhuha. Allah SWT dalam beberapa ayat bersumpah dengan waktu dhuha. Dalam pembukaan surat Assyams, Allah berfirman, ''Demi matahari dan demi waktu dhuha.'' Bahkan, ada surat khusus di Alquran dengan nama Addhuha.

Pada pembukaannya, Allah berfirman, ''Demi waktu dhuha.'' Imam Arrazi menerangkan bahwa Allah SWT setiap bersumpah dengan sesuatu, itu menunjukkan hal yang agung dan besar manfaatnya. Bila Allah bersumpah dengan waktu dhuha, berarti waktu dhuha adalah waktu yang sangat penting. Benar, waktu dhuha adalah waktu yang sangat penting. Di antara doa Rasulullah SAW: Allahumma baarik ummatii fii bukuurihaa. Artinya, ''Ya Allah berilah keberkahan kepada umatku di waktu pagi.''

Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang aktif dan bangun di waktu pagi (waktu subuh dan dhuha) untuk beribadah kepada Allah dan mencari nafkah yang halal, ia akan mendapatkan keberkahan. Sebaliknya, mereka yang terlena dalam mimpi-mimpi dan tidak sempat shalat Subuh pada waktunya, ia tidak kebagian keberkahan itu.

Jamaah Jumat yang Diberkati Allah

Abu Dzar meriwayatkan sebuah hadis. Rasulullah SAW bersabda, ''Bagi tiap-tiap ruas anggota tubuh kalian hendaklah dikeluarkan sedekah baginya setiap pagi. Satu kali membaca tasbih (subhanallah) adalah sedekah, satu kali membaca tahmid (alhamdulillah) adalah sedekah, satu kali membaca takbir (Allahu Akbar) adalah sedekah, menyuruh berbuat baik adalah sedekah, dan mencegah kemungkaran adalah sedekah. Dan, semua itu bisa diganti dengan dua rakaat shalat Dhuha.'' (HR Muslim).

Aisyah menceritakan bahwa Rasulullah SAW selalu melaksanakan shalat Dhuha empat rakaat. Dalam riwayat Ummu Hani', ''Kadang Rasulullah SAW melaksanakan shalat Dhuha sampai delapan rakaat.'' (HR Muslim). Imam Attirmidzi dan Imam Atthabrani meriwayatkan sebuah hadis yang menjelaskan bahwa bila seseorang melaksanakan shalat Subuh berjamaah di masjid, lalu ia berdiam di tempat shalatnya sampai tiba waktu dhuha, kemudian ia melaksanakan shalat Dhuha, ia akan mendapatkan pahala seperti naik haji dan umrah diterima. Para ulama hadis merekomendasikan hadis ini kedudukannya hasan.

Jelaslah bahwa shalat Dhuha sangat penting bagi orang beriman. Penting bukan karena--seperti yang banyak dipersepsikan--shalat Dhuha ada hubungannya dengan mencari rezeki, melainkan ia penting karena sumpah Allah SWT dalam Alquran. Maka, sungguh bahagia orang-orang beriman yang memulai waktu paginya dengan shalat Subuh berjamaah di masjid, lalu dilanjutkan dengan shalat Dhuha.

Wallahu a’lam bish shawab

No comments: