Tuesday, September 21, 2010

Khutbah Jumat, 16 Mei 2009 KBRI Tehran

Alhamdulillah pada kesempatan yang berbahagia, marilah kita bersyukur dengan memuji atas nikmat yang Allah berikan berupa nikmat iman, islam, ilmu dan nikmat-nikmat yang lain yang tidak akan dapat kita hitung. Solawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, pengikut serta pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman. Izinkanlah saya untuk berwasiat baik bagi diri saya sendiri maupun bagi hadirin sekalian, untuk selalu dapat meningkatan keimanan dan ketakwaan diri kita kepada Allah swt. Karena hanya dengan bekal iman dan takwa sajalah kita akan selamat baik dunia maupun Akhirat.

Iman yang ada dalam hati seorang Muslim tidak tetap dalam satu keadaan, selalu mengalami perubahan. Terkadang naik, terkadang turun. Fluktuasi iman ini sudah disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya, ''Iman itu kadang naik kadang turun, maka perbaharuilah iman kalian dengan la ilaha illallah.'' (HR Ibn Hibban)

Rasulullah SAW tidak mengingkari keadaan iman yang demikian, oleh karena itu beliau mendorong dan memberi arahan kepada umatnya untuk selalu memperbaharui dan menjaga kondisi iman supaya jangan sampai turun drastis, yang pada akhirnya akan mengantarkan ke dalam jurang kehinaan. Karena dengan kondisi seperti itu akan mudah mengantarkan seseorang untuk berbuat dosa.

Hadirin Sidang Jumat yang Berbahagia

Nasihat dan petunjuk Rasulullah itu betul-betul diperhatikan oleh para sahabatnya, karena mereka pun mengakui dan mengalami fluktuasi keimanan. Dalam hal ini Umar bin Khathab berkata kepada sahabat yang lain: ''Marilah kita perbaharui keimanan kita.''

Mu'adz bin Jabal berkata, ''Marilah duduk bersama kami, untuk beriman sesaat.'' Perkataan Mu'adz ini bukan menunjukkan bahwa mereka tidak beriman sama sekali, tapi dia mengajak untuk meningkatkan keimanan setelah disibukkan oleh berbagai urusan dunia yang kadang menyebabkan kita lupa pada kondisi iman kita.

Sebenarnya banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menambah keimanan, di antaranya dengan menuntut ilmu, karena dengan ilmu itu akan mengantarkan orang untuk tahu akan Tuhannya. Allah berfirman: ''Sesungguhnya Allah mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.'' QS Annur [24]: 53).

إنّ الله خبير بما تعملون

53. they swear by Allâh their strongest oaths, that if Only You would order them, they would leave (their homes for fighting In Allâh's Cause). say: "Swear You not; (this) obedience (of yours) is known (to be false). Verily, Allâh knows well what You do."

Cara lain adalah dengan membaca, menelaah, mentadaburi Alquran. Sebagaimana firmannya, ''Katakanlah: Tuhanku menyuruhku untuk berlaku adil. Hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) dan sembahlah dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata kepada-Nya.'' (QS Al A'raf [7]: 29).

قل أمر ربّي بالقسط وأقيموا وجوهكم عند كلّ مسجد وادعوه مخلصين له الدّين كما بدأكم تعودون

29. Say (O Muhammad ): My Lord has commanded justice and (said) that You should face Him Only (i.e. Worship none but Allâh and face the Qiblah, i.e. the Ka'bah at Makkah during prayers) In each and Every place of worship, In prayers (and not to face other false deities and idols), and invoke Him Only making Your Religion sincere to Him by not joining In Worship any partner to Him and with the intention that You are doing Your deeds for Allâh's sake only. as He brought You (into being) In the beginning, so shall You be brought into being (on the Day of Resurrection) [in two groups, one as a blessed one (believers), and the other as a wretched one (disbelievers)].

Sebaliknya, di antara hal-hal yang menyebabkan keimanan seseorang menurun adalah perbuatan maksiat. Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya jika seorang Muslim berbuat dosa, maka terjadilah di hatinya satu bintik hitam. Jika ia bertaubat dan meninggalkan perbuatan itu maka bersihlah kembali hatinya. Jika tidak bertobat dan terus dosanya itu, maka bertambah banyaklah bintik hitam itu sehingga tertutup hatinya. Itulah ron (warna hitam) yang disebut dalam Alquran.

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Allah SWT berfirman dalam surat fushshilat ayat 30:

إنّ الذين قالوا ربّنا الله ثمّ استقموا تتنزّل عليهم الملئكة أّلا تخافوا ولا تحزنوا وأبشروا بالجنّة التي كنتم توعدون

30. Verily, those who say: "Our Lord is Allâh (Alone)," and Then they Istaqâmû , on them the angels will descend (at the time of their death) (saying): "Fear not, nor grieve! but receive the glad tidings of Paradise which You have been promised!

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan ' Rabbunaa 'l-Laahu ' tuhan kami Allah kemudian mereka istiqaamah (meneguhkan pendirian), maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan),'Janganlah kalian takut dan janganlah kalian sedih dan bergembiralah dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepada kalian" (QS. Fush-shilat:30)

Demikian pula bumi yang kita injak-injak, kita ludahi, kita penuh sesaki dengan sampah dan kotoran, adakalanya ia begitu indah menawan, menenteramkan hati dan adakalanya pula ia serasa menjauh, menolak kehadiran kita, dan iapun ciptaan Allah juga.

Mereka adalah diantara ciptaan-ciptaan Allah yang tidak pernah lepas dari orbit kepatuhan, lintasan keta'atan dan posisi kepasrahan. Alangkah indahnya istiqomah mereka.
Ketundukan mereka akan peranannya begitu wajar, keta'atan mereka adalah tidak dipaksakan.

Meneguhkan pendirian bahwa Rabb kita adalah Allah dan memelihara konsisten kita sebagai hamba sahaya diantara hamba-hamba Allah lainnya adalah perjuangan yang berat. Dan seringkali ia harus dibayar mahal dengan menitiskan air mata, mengeluarkan keringat dan mengalirkan darah.

Mungkin perjuangan untuk tetap istiqomah harus berakhir dengan hancur remuknya tubuh di tiang salib (Khubaib bin 'Ady), atau dijerumuskan kedalam penggorengan panas yang telah penuh dengan minyak mendidih (Siti Masithoh), atau boleh jadi dengan rosaknya tubuh karena dipanggang dek panas matahari, dihentam habis-habisan dan ditusuk dengan tombak dari pangkal peha hingga ujung kepala (Sumaiyyah).

Namun mereka telah merasakan semerbaknya pengorbanan dan memetik buahnya yang ranum dan wangi. Mereka telah mereguk telaga kebahagiaan dan meraih kenyamanan taman syurgawi yang keni'matannya tak mungkin tertandingi oleh kehidupan kita sekarang. Lantas, bagaimana kita?

Rasanya ketika diperintah oleh RasululLaah SAW untuk "Amantu bi 'l-Laahi, tsumma 'staqim", maka sikap kita mungkin akan sama seperti Sufyaan bin 'Abdi 'l-Laahi iaitu dengan statement ini kita akan sibuk dan terlalu sibuk untuk tetap berupaya istiqomah dengan keimanan kita.

Pernyataan keimanan itu memerlukan penjelmaan, meminta bukti dan menuntut 'amal sholih. Memang pembuktian itu tidak harus selalu identik dengan kekerasan,keterlaluan atau penyiksaan bahkan pembunuhan, namun kalaupun itu terjadi maka sudah sewajarnyalah kita menerimanya dan meni'mati pengorbanan itu.

Pengorbanan (At-Tadhhiyyah) adalah hak setiap muslim. Setiap muslim sudah sewajarnya menuntut hak dirinya dan merelakan tubuhnya menjadi bukti pengorbanannya dalam rangka istiqomah dengan keimanannya kepada Allah SWT yang mencipta, memberi rezeqi sekaligus membeli setiap diri kita.

Istiqomah merupakan bukti tekad untuk tetap berjalan fii Sabiili 'l-Laah serta perwujudan akhlaqu 'l-kariimah. Ia adalah konsisten, resisten dan persisten.

Alangkah indahnya jika kita dapat mengakhiri kehidupan yang penuh sandiwara dan fatamorgana ini dengan istiqomah di jalanNya. Jalan yang telah ditempuh oleh para Nabi dan Rasul, para Shiddiqqiin (golongan yang jujur dengan syahadahnya), para Shoolihiin (golongan orang-orang yang sholih dan senantiasa menebar kesholihan) dan penerus-penerusnya. Jalan yang menurut budak-budak nafsu dan hamba-hamba syaitan adalah jalan yang penuh onak duri, menyengsarakan, dan bodoh.

"Diantara orang-orang yang beriman ada orang-orang benar dengan janjinya kepada Allah. Diantara mereka ada yang telah menunaikan janjinya (menemui syahidnya) dan diantara mereka ada yang masih menunggu-nunggu (untuk menemui syahidnya) dan sama sekali mereka tidak mengubah janjinya." (QS. Al-Ahzab:23)

من المؤمنين رجال صدقوا ما عهدوا الله عليه فمنهم من قضى نحبه ومنهم من ينتظر وما بدّلو تبديلا

23. among the believers are men who have been true to their Covenant with Allâh [i.e. they have gone out for Jihâd (holy fighting), and showed not their backs to the disbelievers], of them some have fulfilled their obligations (i.e. have been martyred), and some of them are still waiting, but they have never changed [i.e.they never proved treacherous to their Covenant which they concluded with Allâh] In the least.

Oleh karena itu, marilah kita menjaga keimanan kita dan senantiasa meningkatkannya dengan cara istiqamah, apalagi di zaman sekarang ini, di mana kemaksiatan semakin merajalela di tengah kita, yang apabila tidak waspada, bisa terperosok ke dalamnya.

Wallahu a'lam bish-shawab.

No comments: