Tuesday, September 21, 2010

Khutbah Jumat, 17 September 2010 KBRI Tehran


يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hari Raya Idul Fitri sebagai hari kemenangan dan kebesaran umat Islam telah pergi meninggalkan kita semua. Setelah sebulan lamanya umat Islam ditempa dan diuji tingkat keimanan dan ketakwaan yang dibalas Allah SWT oleh pahala yang berlipat-lipat dan pengampunan dosa, kini bulan sejuta hikmah dan anugerah itu pun telah berlalu.

Hari Raya Idul Fitri mencerminkan tiga sikap yang mesti kita miliki. Pertama, mempertahankan nilai-nilai kesucian yang diraih umat Islam pada hari fitri. Berlalunya momentum puasa hendaknya tidak dijadikan sebagai kembalinya manusia ke kebiasaan dan perilaku yang jauh dari perintah Allah atau malah dekat dengan segala larangan-Nya.

Inilah dia hari bagi umat Islam melaksanakan konsep idul fitri yang dimaksudkan kembali kepada fitrah. Dengan tibanya idul fitri, umat Islam seolah-olah baru kembali dengan hati dan jiwa yang bersih. Bayangkanlah keadaan umat Islam ketika itu: keadaan baru kembali seperti sehelai kain putih, bersih dan suci dari segala kotoran. Inilah keberhasilan dan kegembiraan bagi mereka yang berjuang mendapatkan keridaan Allah. Fitrah tersebut haruslah dipelihara. Kesuciannya tidak harus dicemari, harus dijadikan dorongan untuk meneruskan perjuangan dalam melaksanakan ibadah dan meraih ganjaran pahala lebih besar pada bulan-bulan seterusnya.

Allah SWT berfirman dalam surah Ali Imran ayat 102, "Wahai, orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati, kecuali dalam keadaan Muslim."

يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hadirin yang Berbahagia

Kedua, berharap bahwa Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa umat Islam yang telah lalu dan meminta selalu dibimbing agar dijauhkan dari perbuatan dosa pada kemudian hari. Allah akan mengampuni segala dosa kaum Muslim yang pada bulan Ramadhan melaksanakan ibadah puasa dan derivasinya secara bersungguh-sungguh.

Ketiga, hendaknya melakukan evaluasi dan kontemplasi diri bahwa ibadah puasa kita sudah sesuai dengan apa yang diharapkan Allah SWT. Jangan sampai kita seperti yang disabdakan Nabi SAW, "Banyak sekali orang yang berpuasa, yang puasanya sekadar menahan lapar dan dahaga."

Dengan berakhirnya Ramadhan, bukan berarti kita mengendorkan kualitas dan kuantitas ibadah kita kepada Allah. Sebaliknya, "sekolah" Ramadhan yang telah berlalu sepatutnya dijadikan sebagai wahana pembelajaran untuk semakin meningkatkan kadar ibadah kita.

Jika dalam bulan Ramadan umat Islam diperintahkan berpuasa dan dijanjikan pengampunan dan pembebasan dari siksaan api neraka, maka apabila tiba Hari Raya, Allah memerintahkan hamba-Nya agar bertakbir mengagungkan kebesaranNya, serta bersyukur atas segala nikmat yang telah dianugerahkan.

Kemenangan yang diraih itu tidak akan tercapai kecuali dengan pertolongan Allah. Maka sudah sewajarnya hambaNya memperbanyakkan zikir, takbir, tahmid dan tasbih kepada Tuhannya serta bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa.

Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 185 yang artinya : “Dan agar kamu membesarkan Allah atas apa-apa yang telah Dia beri petunjuk kepadamu, dan agar kamu bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah diberikan.”

لِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Mari, kita sama-sama meraih kemenangan Ramadhan pada Idul Fitri 1431 H. Isi lembaran baru dalam keseharian kita dengan identitas baru sebagai orang yang bertakwa, dengan tetap menjalankan perintahnya:

Tetap Menjaga Solat Lima Waktu

Jamaah Jum’ah Rahimakumullah

Bulan Ramadhan sungguh sangat berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Orang yang dulu malas ke masjid mengerjakan solat lima waktu, di bulan Ramadhan begitu bersemangat melaksanakan amalan solat ini. Itulah di antara tanda dibukanya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka ketika itu. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan syaitan pun dibelenggu.” (Hadis Riwayat Muslim)

Keutamaan orang yang menjaga solat lima waktu berikut. Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT berfirman, ‘Aku wajibkan bagi umatmu solat lima waktu. Aku berjanji pada diriku bahwa barangsiapa yang menjaganya pada waktunya, Aku akan memasukkannya ke dalam syurga. Adapun orang yang tidak menjaganya, maka aku tidak memiliki janji padanya’.”(Hadis Riwayat Ibnu Majah)

Solat berjemaah di masjid juga memiliki keutamaan yang sangat mulia dibanding solat sendirian. Rasulullah SAW bersabda, “Solat jemaah lebih utama dari solat sendirian sebanyak 27 darajat.” (Hadis Riwayat Bukhari Dan Muslim)

Namun disayangkan, amalan shalat ini sering dilalaikan oleh sebagian kita. Bahkan mulai pada hari lebaran saja, sebagian orang sudah mulai meninggalkan solat karena sibuk dengan berbagai aktifitasnya. Begitu juga seringkali kita lihat sebagian saudara kita kebiasaan bangun kesiangan, dan meninggalkan solat shubuh begitu saja. Padahal solat Subuh inilah yang paling berat dikerjakan oleh orang munafik sebagaimana sabda Nabi SAW: “Tidak ada solat yang paling berat dilakukan oleh orang munafik kecuali solat Subuh dan solat Isya. Seandainya mereka mengetahui keutamaan keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya walaupun sambil merangkak.” (Hadis Riwayat Bukhari Dan Muslim)

Saudaraku, ingatlah ada ancaman keras dari Nabi SAW bagi orang yang meninggalkan solat. Dari Tsauban r.a, beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Pemisah antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah solat. Apabila dia meninggalkannya, maka dia telah melakukan kesyirikan.” (Hadis Riwayat Ath Thobariy.

Buraidah bin Al Hushoib Al Aslamiy berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah solat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” (Hadis Riwayat Ahmad, Tirmidzi, An Nasaai Dan Ibnu Majah)

Hadirin Rahimakumullah

Puasa Enam Hari di Bulan Syawal

Selain dari bertakbir, bertahmid dan bertasbih umat Islam dianjurkan agar berpuasa enam hari di bulan Sayawal. Rasulullah s.a.w. bersabda yang artinya : “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadan kemudian ia berpuasa pula enam hari pada bulan Syawal adalah seperti berpuasa sepanjang masa.” (Hadis Riwayat Muslim)

Hadis tersebut menjelaskan bahawa salah satu keistimewaan di bulan Syawal ialah peluang berharga untuk orang-orang yang mengejar nikmat dan kemurahan Allah sepanjang hidup yaitu puasa enam hari.

Ganjaran pahala diberikan oleh Allah kepada mereka yang berpuasa enam di bulan ini seperti ganjaran pahala kepada yang berpuasa sepanjang masa. Ganjaran yang begitu tinggi nilainya diberikan oleh Allah untuk hambaNya. Ini adalah setimpal dengan keikhlasan umat Islam dalam melaksanakannya, dengan memperhatikan dimana kebanyakan manusia tidak dapat melakukannya disebabkan keadaan sekeliling mereka lebih menguji keimanan seseorang yang menunaikan puasa di waktu kemeriahan Hari Raya

Kita hanya memanjatkan puji syukur kepada Allah atas nikmat yang tak terhingga ini. Allah Yang Maha Memberi Nikmat telah memberikan kesempatan untuk merasakan sejuknya beribadah puasa. Sungguh suatu kebanggaan, kita bisa melaksanakan ibadah yang mulia ini. Janji yang pasti diperoleh oleh orang yang berpuasa jika dia menjalankan puasa dengan dasar iman kepada Allah dan mengharapkan ganjarannya telah disebutkan oleh Nabi SAW dalam hadis berikut, “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni.” (Hadis Riwayat Bukhari Dan Muslim)

Setelah kita melalui bulan Ramadhan, tentu saja kita masih perlu untuk beramal sebagai bekal kita nanti sebelum dijemput oleh malaikat maut.

No comments: