Tuesday, September 21, 2010

HUBUNGAN INDONESIA - IRAN

Hubungan Indonesia – Iran

Kunjungan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono ke Iran pada tanggal 10 – 12 Maret 2008, telah memberikan arti khusus bagi hubungan Indonesia-Iran, ini adalah kunjungan balasan setelah Presiden Mahmoud Ahmadinejad berkunjung ke Jakarta Mei 2006.

Tahun 2009 ini merupakan tahun ke-57 hubungan Iran-Indonesia. Pada 1952 Iran memulai hubungan dengan Indonesia setingkat menteri kuasa. Pada 1961 Iran meningkatkan hubungannya menjadi setingkat duta besar. Setelah Revolusi Islam Iran 1979 dan kunjungan Presiden Soeharto ke Iran pada 1993 serta kunjungan Presiden Iran Hashemi Rafsanjani ke Indonesia pada 1994, hubungan kedua negara muslim ini makin meningkat. Berbagai perjanjian kerja sama ditandatangani oleh kedua negara. Pembentukan komisi bersama antara Iran dan Indonesia pada tahun yang sama, di samping dukungan politik pada berbagai organisasi internasional, mempersiapkan kondisi yang baik bagi pengembangan kerja sama ekonomi.

Pada tanggal 10 – 12 Maret 2008, telah ditandatangani lima nota kesepahaman kerjasama Indonesia – Iran yaitu:

1. Memorandum of Understanding between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Islamic Republic of Iran on Agricultural Cooperation;

2. Memorandum of Understanding between Indonesia Chamber of Commerce and Industry and Iran Chamber of Commerce, Industries and Mines;

3. Memorandum of Understanding between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Islamic Republic of Iran in the Field of Education;

4. Shareholder Agreement between Pertamina, National Iranian Oil Refining and Distribution Company (NIORDC) and Petrofield;

5. Memorandum of Understanding between Indonesia Cooperative Council (DEKOPIN) and Iran Central Chamber of Cooperatives (ICC).

Dan dua nota kesepahaman yang ditandatangani secara terpisah, yaitu:

1. Memorandum of Understanding between the National Standardization Agency of the Republic of Indonesia (BSN) and Institute of Standards and Industrial Research of Iran (ISIRI) on Technical Cooperation oleh Kepala BSN dan Director General of ISIRI;

2. Memorandum of Understanding between PT Pupuk Sriwijaya and National Petrochemical Company International Ltd. (NPCI) on Petrochemichal Cooperation.

Sebelumnya, Presiden Mahmoud Ahmadinejad juga telah melakukan kunjungan ke Indonesia pada bulan Mei 2006. Dalam kunjungan itu, telah ditandatangani enam nota kesepahaman yaitu:

1. Agreement on Mutual Administrative Assistance in Customs Matters;

2. MoU on Small and Medium Industries Cooperation;

3. MOU on Scientific and Technological Cooperation;

4. Arrangement on Cultural Exchange Programme Years 2006 – 2008;

5. MOU concerning the Cooperation on Energy;

6. MoU between PT Elnusa, a Subsidiary of PT Pertamina and national Iranian Oil Refining and Distribution Company (NIORDC).

Kerjasama ekonomi Indonesia dan Iran kecenderungannya kian meningkat. Tahun 2008 lalu total perdagangan mencapai 975 juta Dolar AS, atau naik sekitar 35,73 persen dibanding tahun sebelumnya. Demikian juga kerjasama yang lain, bidang kesehatan, kepariwisataan serta yang menjadi target kunjungan Presiden SBY ke Iran tahun 2008, merupakan kerjasama di bidang energi. Sebab persoalan energi adalah persoalan yang fundamental bagi banyak negara, termasuk Indonesia. Meskipun Indonesia memproduksi minyak dan gas, tetapi kebutuhan energi baik listrik maupun BBM terus meningkat dengan tajam dari tahun ke tahun. Ini akibat jumlah penduduk serta kebutuhan yang juga terus meningkat. Ekonomi Iran dan Indonesia yang terus berkembang merupakan dasar untuk mendorong lebih lanjut pengembangan hubungan ekonomi kedua negara.

Pemerintah Indonesia tentu saja mengeluarkan beberapa kebijakan nasional mengenai energi, antara lain ingin meningkatkan kapasitas produksi dalam negerinya. Ini dibuktikan dalam upaya meningkatkan kapasitas kilang minyak di dalam negeri. Barangkali itulah sebabnya Presiden Indonesia ingin membangun kerjasama dengan negara Iran, dalam kerangka peningkatan kapasitas produksi, baik minyak, gas maupun BBM. Kerjasama Indonesia dengan Iran menyangkut energi ini ada beberapa hal. Pertama, sebagaimana telah ditandatangani bersama oleh Dirut Pertamina dengan mitranya dari Iran dan perusahaan minyak dari Malaysia, Indonesia sepakat untuk membangun kilang minyak di Provinsi Banten, dengan kapasitas 300 ribu barel/hari. Komposisi sahamnya adalah 40 persen dari Indonesia, 40 persen dari Iran dan sisanya 20 persen dari Malaysia. Kedua, harapan masyarakat Indonesia dengan dibangunnya kilang minyak di Indonesia, adalah tecapainya suplay BBM yang lebih baik karena diproduksi di dalam negeri, dan diharapkan pula harganya akan lebih murah dibanding kalau import langsung dari luar negeri. Ketiga, tak kalah pentingnya adalah Kerjasama Pertamina saat mengikuti tender untuk melakukan eksplorasi dan produksi lapangan minyak di Iran.

Iran juga menawarkan kerjasama di bidang gas dengan kapasitas 360.000 barrel/hari, karena beberapa negara telah mengajukan investasi di Iran di bidang gas. Namun Presiden Ahmadinejad memberikan prioritas kepada Indonesia jika menginginkannya.

Presiden Ahmadinejad menyatakan bahwa MOU tentang pembangunan pabrik pupuk di iran telah ditandatangani dan disetujui serta telah disediakan lahan untuk proyek tersebut. Pemerintah Indonesia pun mendukung kerjasama pembangunan pabrik pupuk di Iran dalam waktu dekat.

Hubungan kedua negara tidak hanya terbatas pada pemerintah namun juga antara lembaga-lembaga legislatif dan judikatif sebagaimana kunjungan Chief of Judicial Power Iran, Ayatollah Seyed Hashemi Shahroudi dan Ketua Islamic Consultative Assembly, Gholam Ali Haddad Adel ke Indonesia yang juga mengadakan pertemuan dengan Presiden RI.

Namun krisis ekonomi tahun 1997 di Indonesia membuat kesulitan pada terlaksananya berbagai kesepakatan yang terjadi di antara kedua negara. Di sisi lain, Hubungan ekspor-impor Indonesia dan Iran memang meningkat seusai krisis ekonomi Indonesia. Dengan meningkatnya ekspor Indonesia ke Iran ditengarai bahwa jumlah impor Indonesia dari Iran menurun. Minyak mentah adalah komoditi paling utama yang tereliminasi. Mahmoud Radboy, Atase Ekonomi Kedutaan Besar Iran, di Jakarta menyebutkan, minyak mentah kiriman Iran terakhir masuk ke Indonesia pada tahun 2001. Pada 1997, Indonesia mengimpor US$ 412.4 juta minyak mentah Iran.

Indonesia sebagai negara muslim yang berpenduduk paling banyak di dunia, dengan produksi barbagai komoditi yang bertujuan ekspor, menjadi salah satu negara besar eksportir di antara negara Islam yang dibidik oleh negara Iran. Menurut Mahmoud Radboy, Indonesia dengan kekayaan alam dan penduduknya juga merupakan salah satu negara muslim paling berpengaruh dan memiliki potensi untuk meningkatkan posisi di kawasan dan dunia khususnya di antara negara Islam.

Salah satu nilai tambah ekonomi Iran dan Indonesia adalah komoditi-komoditi ekspor kedua negara tak bersaing di pasaran internasional. Maka kedua negara dapat bekerja sama pada pasar lokal dan internasional. Dengan penegasan kembali pada dukungan hubungan politik, Iran dapat memainkan peran sebagai pintu masuk bagi barang-barang Indonesia ke kawasan Timur Tengah dan Asia Tengah.

Keberhasilan penting Indonesia pada beberapa tahun belakangan ini, khususnya kestabilan ekonomi dari satu sisi, dan peningkatan keinginan Iran untuk mengembangkan hubungannya dan membuat lompatan besar pada hubungan Iran dengan negara-negara Islam, khususnya Indonesia, yang makin hari makin meningkat, membuat kunjungan Presiden Mahmoud Ahmadinejad ke Indonesia pada 2006 menjadi titik awal era baru hubungan Iran-Indonesia. Hasil kunjungan tersebut menyiapkan lahan bagi peningkatan hubungan kedua negara dan juga memerlihatkan beragam peluang kerja sama, khususnya bidang ekonomi.

Kerjasama hubungan udara kedua negara agar dapat segera direalisasikan sehingga dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan jumlah pengunjung dari Iran ke Indonesia dan sebaliknya, baik wisatawan maupun kalangan pengusaha.

Kekuatan Ekonomi Iran

Iran atau Persia adalah sebuah negara Timur Tengah yang terletak di Asia Barat Daya. Meski di dalam negeri negara ini telah dikenal sebagai Iran sejak zaman kuno, hingga tahun 1935 Iran masih dipanggil Persia di dunia Barat. Pada tahun 1959, Mohammad Reza Shah Pahlavi mengumumkan bahwa kedua istilah tersebut boleh digunakan. Nama Iran adalah sebuah kognat perkataan "Arya" yang berarti "Tanah Bangsa Arya". Imigran dari suku bangsa Indo Eropa ini menamakan diri mereka sebagai bangsa “Ary” atau “Airy” yang berarti unggul atau ksatria. Latar belakang sebagai keturunan bangsa Arya ini telah menimbulkan rasa bangga bagi bangsa Iran.

Iran merupakan negara yang memkiliki sejarah dan salah satu dari tiga negara di dunia yang memiliki peradaban. Budaya menulis telah dikenal pada suku bangsa yang mendiami dataran Persia ini sekitar 2500 tahun SM. Sejak The New Stone Age, dataran Iran telah didiami oleh penduduk yang kemudian berlanjut dengan datangnya imigran keturunan bangsa Indo - Eropa sekitar 2000 tahun SM.. Iran berbatasan dengan Azerbaijan (500 km) dan Armenia (35 km) di barat laut dan Laut Kaspia di utara, Turkmenistan (1000 km) di timur laut, Pakistan (909 km) dan Afganistan (936 km) di timur, Turki (500 km) dan Irak (1.458 km) di barat, dan perairan Teluk Persia dan Teluk Oman di selatan dengan luas wilayah seluas 1,6 juta km persegi.

Iran dapat mengontrol jalur vital pasokan energi dunia dan menjadi pintu masuk ke negara-negara Asia Tengah yang juga kaya sumber energi melalui Teluk Persia. Iran juga kaya sumber daya mineral (minyak dan gas alam). Dalam lingkungan OPEC, dengan produksi 4,3 juta barel per hari dan ekspor sekitar 2 juta barel per hari, Iran merupakan negara terbesar kedua penghasil minyak setelah Saudi Arabia dan negara terbesar kedua dalam kekayaan gas alam sesudah Rusia.

Potensi ekonomi Iran yang besar dan kondisi ekonomi yang kuat merupakan suatu kekuatan yang dapat diandalkan dengan penduduk 70.4 juta, Iran memiliki GDP (PPP) yang terhitung besar yakni US$762.9 milyar atau GDP (Official Exchange Rate) sebesar US$294.1 milyar dengan GDP-per capita (PPP) sebesar US$11,700. Sementara hutang publik hanya 17.2% dari GDP dengan cadangan devisa dan emas senilai $69.2 milyar. Sementara, hutang luar negeri sebesar $20 milyar.

Iran memiliki cadangan minyak sebesar 138.4 milyar barel dan cadangan gas sebesar 26.85 trilyun M3. Dalam kaitan ini, nilai ekspor mencapai $88.26 milyar dengan negara ekspor utama Cina (15%), Jepang (14.3%), Turki (7.4%), Korea Selatan (7.3%) dan Italia (6.4%). Sedangkan impor mencapai $53.88 milyar dengan negara impor utama Cina (14.2%), Jerman (9.6%), Uni Emirat Arab (9.1%), Korea Selatan (6.3%), Rusia (5.7%) dan Italia (5%).

Program nuklir Iran yang menjadi polemik dengan negara-negara Barat, khususnya embargo unilateral AS dan sejumlah Resolusi DK PBB ditengarai cukup menghambat sejumlah perusahaan asing untuk melakukan bisnis dengan Iran. Namun, pengamat ekonomi tetap berkeyakinan bahwa pangsa pasar Iran yang besar dan memiliki potensi ekonomi, termasuk cadangan energi yang besar menjadi faktor daya tarik tersendiri.

Tidak hanya dengan negara-negara mitra investasi, Iran juga menjalin kerjasama investasi dengan negara-negara berkembang seperti Malaysia dan singapura. Malaysia, misalnya, dalam tahun 2008 telah menandatangani tiga kontrak baru kerjasama investasi dengan Iran bernilai tidak kurang dari 20 milyar, termasuk 5 milyar berlokasi di Malaysia. Petronas juga telah membangun kantor perwakilannya di Tehran untuk mengelola lahan-lahan minyak yang dikerjakannya. Sementara, Singapura yang sampai saat ini tidak memiliki perwakilan di Iran telah menikmati volume perdagangan senilai 2.8 milyar untuk tahun 2008.

Hubungan Sejarah

Pada zaman perdagangan di Selat Malaka di bawah kekuasaan Sriwijaya. Kekuasaan Persia dan Sriwijaya terhubung dalam untaian kerjasama perdagangan dengan memajukan pelayaran di kawasan Indonesia saat ini dengan adanya hadiah dan surat dari kerajaan Sriwijaya yang dikirimkan ke Persia sebagai tanda persahabatan.

Kehadiran para pedagang Persia di Selat Malaka telah memberikan warna sejarah tersendiri pada masyarakat Indonesia, khususnya di Sumatera, Jawa, bahkan Maluku. Bukti arkeologis dari hubungan ini ialah adanya artefak berupa gelas, vas, botol, dan jambangan di Situs Barus, pantai barat Sumatera Utara, dan situs-situs Muara Jambi, Muara Sabak, dan Lambur, pantai timur Jambi, selain bentuk batu nisan khas Persia. Hubungan politis pun dilakukan dengan adanya islamisasi, Kerajaan Islam yang pertama di Aceh yaitu Kerajaan Perlak didirikan oleh Syed Maulana Abdul Azis`Syah pada tahun 840 M. pada abad ke-13 Masehi dengan adanya Kerajaan Samudera Pasai yang menjadi kerajaan Islam di Nusantara, Raja Pasai saat itu pernah didampingi dua orang Persia terkenal, yaitu Qadi Sharif Amir Sayyid dari Shiraz dan Taj Ad-Din dari Isfahan. Sementara itu Ulama besar pertama di Jawa adalah Hazrat Maulana Malik Ibrahim Kashani. Kashani berasal dari Kashan, sebuah kota di selatan tehran.

Bukti lain dari pengaruh Persia di Indonesia ialah adanya peninggalan-peninggalan aliran Islam Syiah seperti perayaan Tabot di Aceh, Bengkulu, dan Pariaman untuk mengenang Imam Hasan dan Husain. Selain itu, perayaan Asyura atau Suro untuk bulan Muharram saat wafat Imam Husain. Di Jawa dikenal juga dengan perayaan Kasan dan Kusen, atau bulan Asan Usen di Aceh. Di Makassar, perayaan Asyura ditandai dengan suka cita dan pembuatan bubur tujuh warna. Hari Arbain di Jawa Barat pun masih dilakukan dan diikuti ratusan umat Islam Syiah Indonesia dan Internasional. Debus yang dipraktikkan di daerah Banten, Aceh, Kedah, Perak, Cirebon, dan Maluku, merupakan pengaruh dari budaya Persia saat itu.

Penutup

Hubungan bilateral Indonesia - Iran dalam aspek ekomoni dan perdagangan haruslah tercapai kesepakatan yang saling menguntungkan dan juga harus mementingkan kepentingan nasional. Namun demikian, yang lebih penting adalah ketindaklanjutan dari nota kesepahaman antara kedua negara dengan mendirikan komisi besama Indonesia-Iran. Bukan hanya ekonomi, tapi juga berbagai aspek baik itu pendidikan, kesehatan, pariwisata dan lain sebagainya.

Dengan meningkatnya hubungan bilateral Indonesia-Iran, ini merupakan indikator untuk lebih baik lagi hubungan kedua negara dimasa yang akan datang dan masih perlu dikembangkan ke sektor yang lebih luas.

No comments: