Tuesday, September 21, 2010

RAMADHAN TANPA TARAWIH

Republika Online
Rabu, 26 Agustus 2009 pukul 01:13:00
Ramadhan Tanpa Tarawih

Lama puasa di Iran mencapai 15 jam.


Bulan Ramadhan di negeri orang berbeda dengan di Tanah Air. Jika di Indonesia masyarakat dan media massa begitu antusias menyambut bulan suci ini, di Republik Islam Iran hal itu sama sekali tak tampak. Ini karena budaya masyarakatnya yang saling berbeda.

Dadan Maula Darmawan (25 tahun), mahasiswa S2 Matematika di Universitas Internasional Imam Khomeini, Iran, menceritakan pengalamannya berpuasa di negara Islam tersebut. Disebutkan, kebiasan ngabuburit menjelang berbuka puasa di Indonesia tidak dikenal oleh masyarakat Iran.
Tetapi, ada juga warga setempat yang menjual makanan ciri khas menjelang buka puasa, namun jumlahnya relatif sedikit. '' Ngabuburitnya jauh lebih ramai di Indonesia,'' katanya.

Dadan, bersama rekannya dari Indonesia, mengaku pernah antre untuk membeli makanan menjelang buka puasa. Makanan tersebut bernama halim , terbuat dari tepung gandum yang dicampur dengan daging kambing. Namun, setelah disantap ternyata rasanya sangat hambar dan tidak cocok dengan lidah Indonesia. ''Rasanya tidak keruan dan bau kambingnya sangat kental,'' ujarnya. Halim, menurut dia, merupakan makanan favorit warga Iran.

Tak ada Tarawih
Bukan hanya masalah budaya ngabuburit , perbedaan bulan Ramadhan di Iran yang sangat mencolok jika dibandingkan dengan di Indonesia adalah shalat Tarawih. Di negara ini, kata dia, masyarakat umumnya tidak melaksanakan shalat Tarawih. Ini lantaran sebagian besar penduduk Iran menganut ajaran Syiah, di mana mereka tidak menunaikan shalat Tarawih.

Sementara, Muslim Indonesia menganut ahlussunah wal jamaah atau sunni, dan biasa melaksanakan Tarawih seperti saat ini. Namun demikian, kata dia, warga Muslim Indonesia yang bermukim di Iran bukan berarti tidak melaksanakan Tarawih. Biasanya, kata Dadan, shalat Tarawih digelar di kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Teheran. ''Tahun ini, imam untuk Tarawih di KBRI didatangkan langsung dari Indonesia,'' ujarnya.

Puasa hingga 15 jam
Berbeda dengan di Indonesia yang waktu puasanya (mulai sahur hingga Maghrib) relatif tetap, yakni sekitar 13,5 jam. Namun, di Iran, jika pada musim panas, waktu berpuasa bisa lebih lama sampai 15 jam lebih.Untuk Ramadhan tahun ini, menurut Dadan, lama puasa sekitar 15 jam karena bertepatan denga musim panas. Biasanya, mereka makan sahur sekitar pukul 05.00 pagi dan buka puasa pukul 20.00 waktu setempat.

Ramadhan di Iran, menurut dia, merupakan bulan kematiannya Sayyidina Ali karramallahu wajhah , yang dibunuh oleh Ibn Muljam. Di negeri Persia, peringatan itu dilakukan selama tiga hari, yakni pada 19 Ramadhan, yaitu hari ditebasnya kepala yang mulia Sayyidina Ali, tanggal 20 dalam perjalanan sakit, dan tanggal 21 hari meninggalnya Ali. Puncak peringatan itu adalah tanggal 21, di mana masyarakat Iran akan pergi ke masjid ( husainiyyah ) atau tempat peribadatan. Peringatan ini ditandai dengan kunjungan warga ke makam para imam ke-12 di Masyhad. Dalam peringatan tersebut, penganut Syiah juga melakukan ritual dengan menaruh Alquran di atas kepala mereka sembari menyebut satu persatu nama-nama imam.

No comments: